Synopsis:
Di antara ribuan wajah yang lalu-lalang di dunia ini, ada satu sosok yang selalu menonjol, bukan karena ia berusaha menarik perhatian, melainkan karena pesona alaminya yang tak bisa ditutupi. Sosok itu adalah Thia Azman—seorang wanita yang tidak hanya diberkahi dengan paras cantik, tetapi juga hati yang lembut dan penuh kasih sayang.
Keanggunannya bukanlah sesuatu yang mencolok atau berlebihan, melainkan kecantikan alami yang terpancar dari dalam dirinya. Rambutnya tergerai lembut, berkilau di bawah cahaya matahari, seolah setiap helaian menyimpan cerita tentang kelembutan angin pagi. Tatapan matanya bening, penuh ketulusan, hingga siapa pun yang menatapnya merasa seperti sedang berada di tempat paling aman di dunia. Senyumnya, ah… senyumnya bukan sekadar lengkungan bibir, tetapi sebuah keajaiban kecil yang mampu meredakan hati yang gundah. Senyum itu seakan berkata tanpa suara: “Semua akan baik-baik saja.”
Namun, yang membuat Thia Azman benar-benar menawan bukanlah hanya kecantikannya, melainkan sifat baik hati yang ia tunjukkan setiap hari. Ia adalah tipe orang yang tak pernah membiarkan orang lain merasa sendirian. Bila ada seseorang yang jatuh, ia akan menjadi tangan pertama yang terulur, mengangkat, menenangkan, dan memberi dorongan. Bila ada yang bersedih, ia akan hadir dengan telinga yang mau mendengar tanpa menghakimi, dan dengan kata-kata yang menenangkan, seolah luka hati bisa sembuh hanya dengan kehangatan suaranya.
Thia Azman juga dikenal murah senyum kepada siapa pun, bahkan orang asing sekalipun. Ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan yang diberikan, entah berupa ucapan lembut atau senyum hangat, dapat menjadi cahaya di tengah gelapnya hari seseorang. Dan memang benar—banyak yang mengatakan bahwa hanya dengan melihat Thia tersenyum, beban di dada terasa lebih ringan.
Di balik semua itu, ia tidak pernah menyombongkan dirinya. Justru kerendahan hatinya semakin menambah pesona. Ia tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain, melainkan selalu berusaha memahami dan menghargai setiap orang yang ditemuinya. Kebaikan yang ia tanam bukanlah karena ingin dipuji, melainkan karena memang sudah menjadi bagian dari dirinya. Seperti bunga yang tidak memaksa siapa pun untuk mengaguminya, namun tetap menyebarkan keindahan dan harum secara alami.
Bayangkan Thia berjalan di sebuah taman pada sore hari. Kelopak bunga sakura berjatuhan di sekitarnya, angin lembut menyapu wajahnya, dan cahaya matahari senja menyinari rambutnya yang berkilau. Ia berhenti sejenak, memandang langit dengan tatapan penuh harapan. Di tangannya, ia sedang membawa sekeranjang kecil berisi roti hangat yang ingin ia bagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Adegan sederhana itu menggambarkan siapa dirinya sebenarnya: sosok yang cantik bukan hanya dari luar, tetapi juga dari hati yang selalu ingin memberi dan berbagi.
Banyak orang yang beruntung mengenalnya mengatakan bahwa Thia Azman adalah seperti pelita kecil di tengah kegelapan—ia tidak menerangi seluruh dunia, tetapi ia cukup untuk membuat dunia orang-orang di sekitarnya menjadi lebih indah. Ia adalah pelipur lara, penyemangat, dan juga sahabat sejati yang tidak pernah lelah hadir bagi mereka yang membutuhkan.
Cantik dan baik hati—dua kata itu seperti sudah melekat pada namanya. Thia Azman adalah contoh nyata bahwa kecantikan sejati bukan hanya tentang wajah yang indah, tetapi tentang hati yang tulus, senyum yang menenangkan, dan sikap yang selalu membawa kebaikan.
Dan di dunia yang sering kali penuh dengan hiruk-pikuk dan kepalsuan, kehadiran Thia Azman adalah sebuah anugerah kecil yang membuat kita percaya bahwa masih ada orang yang benar-benar tulus. Bahwa masih ada sosok yang bisa membuat kita berkata: “Ah, inilah arti cantik yang sebenarnya.”
Keanggunannya bukanlah sesuatu yang mencolok atau berlebihan, melainkan kecantikan alami yang terpancar dari dalam dirinya. Rambutnya tergerai lembut, berkilau di bawah cahaya matahari, seolah setiap helaian menyimpan cerita tentang kelembutan angin pagi. Tatapan matanya bening, penuh ketulusan, hingga siapa pun yang menatapnya merasa seperti sedang berada di tempat paling aman di dunia. Senyumnya, ah… senyumnya bukan sekadar lengkungan bibir, tetapi sebuah keajaiban kecil yang mampu meredakan hati yang gundah. Senyum itu seakan berkata tanpa suara: “Semua akan baik-baik saja.”
Namun, yang membuat Thia Azman benar-benar menawan bukanlah hanya kecantikannya, melainkan sifat baik hati yang ia tunjukkan setiap hari. Ia adalah tipe orang yang tak pernah membiarkan orang lain merasa sendirian. Bila ada seseorang yang jatuh, ia akan menjadi tangan pertama yang terulur, mengangkat, menenangkan, dan memberi dorongan. Bila ada yang bersedih, ia akan hadir dengan telinga yang mau mendengar tanpa menghakimi, dan dengan kata-kata yang menenangkan, seolah luka hati bisa sembuh hanya dengan kehangatan suaranya.
Thia Azman juga dikenal murah senyum kepada siapa pun, bahkan orang asing sekalipun. Ia percaya bahwa sekecil apa pun kebaikan yang diberikan, entah berupa ucapan lembut atau senyum hangat, dapat menjadi cahaya di tengah gelapnya hari seseorang. Dan memang benar—banyak yang mengatakan bahwa hanya dengan melihat Thia tersenyum, beban di dada terasa lebih ringan.
Di balik semua itu, ia tidak pernah menyombongkan dirinya. Justru kerendahan hatinya semakin menambah pesona. Ia tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain, melainkan selalu berusaha memahami dan menghargai setiap orang yang ditemuinya. Kebaikan yang ia tanam bukanlah karena ingin dipuji, melainkan karena memang sudah menjadi bagian dari dirinya. Seperti bunga yang tidak memaksa siapa pun untuk mengaguminya, namun tetap menyebarkan keindahan dan harum secara alami.
Bayangkan Thia berjalan di sebuah taman pada sore hari. Kelopak bunga sakura berjatuhan di sekitarnya, angin lembut menyapu wajahnya, dan cahaya matahari senja menyinari rambutnya yang berkilau. Ia berhenti sejenak, memandang langit dengan tatapan penuh harapan. Di tangannya, ia sedang membawa sekeranjang kecil berisi roti hangat yang ingin ia bagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Adegan sederhana itu menggambarkan siapa dirinya sebenarnya: sosok yang cantik bukan hanya dari luar, tetapi juga dari hati yang selalu ingin memberi dan berbagi.
Banyak orang yang beruntung mengenalnya mengatakan bahwa Thia Azman adalah seperti pelita kecil di tengah kegelapan—ia tidak menerangi seluruh dunia, tetapi ia cukup untuk membuat dunia orang-orang di sekitarnya menjadi lebih indah. Ia adalah pelipur lara, penyemangat, dan juga sahabat sejati yang tidak pernah lelah hadir bagi mereka yang membutuhkan.
Cantik dan baik hati—dua kata itu seperti sudah melekat pada namanya. Thia Azman adalah contoh nyata bahwa kecantikan sejati bukan hanya tentang wajah yang indah, tetapi tentang hati yang tulus, senyum yang menenangkan, dan sikap yang selalu membawa kebaikan.
Dan di dunia yang sering kali penuh dengan hiruk-pikuk dan kepalsuan, kehadiran Thia Azman adalah sebuah anugerah kecil yang membuat kita percaya bahwa masih ada orang yang benar-benar tulus. Bahwa masih ada sosok yang bisa membuat kita berkata: “Ah, inilah arti cantik yang sebenarnya.”
NOTE : Silahkan download, sekarang streaming non-aktif karena kebijakan baru. Hati-hati terlalu berlebihan
[Nekopoi]_Thia Azman: Cerita Lokal