Synopsis:
Di sebuah kota yang tidak terlalu besar namun penuh dengan warna kehidupan, hiduplah seorang gadis bernama Yessin Damayanti. Dari kejauhan, ia tampak biasa saja—gadis muda dengan rambut panjang yang berkilau setiap kali diterpa cahaya matahari sore. Namun bagi siapa pun yang mengenalnya, Yessin bukanlah sekadar gadis biasa. Ia adalah sosok yang manis, penuh kelembutan, dan selalu membawa kehangatan di setiap langkahnya.
Setiap pagi, Yessin memulai harinya dengan rutinitas sederhana. Ia bangun lebih awal dari kebanyakan orang, membuka jendela kamarnya, dan membiarkan cahaya matahari masuk bersama embusan angin pagi yang segar. Ia menyapa bunga-bunga yang tumbuh di pot kecil di beranda rumahnya—mawar merah muda, melati putih, hingga bunga kertas yang merona cerah. Bagi Yessin, merawat bunga adalah cara untuk belajar tentang kesabaran dan ketulusan. Ia percaya, sebagaimana bunga yang tumbuh perlahan, begitu pula kebaikan dalam hati manusia yang perlu dirawat setiap hari.
Setelah itu, Yessin sering berjalan ke warung kecil di sudut jalan untuk membeli roti hangat. Ia sudah hafal dengan aroma khas roti manis yang baru saja keluar dari oven, dan hampir setiap kali ia datang, penjual roti akan menyapanya dengan senyum lebar. “Pagi, Yessin! Seperti biasa?” begitu kalimat yang selalu terdengar. Ia akan tersenyum manis, mengangguk, lalu menambahkan, “Oh, tambah satu lagi, untuk nenek di ujung jalan, ya.” Kebiasaan kecil itu telah lama ia lakukan, karena ia tahu nenek tua yang tinggal sendirian itu selalu menanti kejutan sederhana dari roti hangat yang dibawanya.
Sifat manis Yessin juga terlihat dari caranya memperlakukan orang lain. Ia selalu mendengarkan cerita, bahkan cerita kecil yang sering kali dianggap tidak penting oleh orang lain. Saat seorang teman mengeluh tentang hari yang melelahkan, Yessin tidak buru-buru memberi nasihat. Ia hanya mendengarkan, mengangguk, sesekali tersenyum, dan berkata lembut, “Aku mengerti. Kamu hebat karena sudah melewati hari ini.” Kata-kata sederhana itu sering kali jauh lebih bermakna daripada seribu motivasi.
Selain itu, Yessin punya kebiasaan menulis di buku catatan kecil yang selalu ia bawa. Buku itu penuh dengan hal-hal manis dan indah yang ia temui sehari-hari. Misalnya, di suatu halaman ia menulis: “Hari ini aku melihat seorang anak kecil berbagi permen dengan temannya. Senyuman mereka manis sekali, seperti sinar matahari kecil yang membuat soreku hangat.” Atau di halaman lain ia menuliskan: “Aku menemukan bunga liar tumbuh di celah tembok tua. Bahkan di tempat yang keras, keindahan masih bisa muncul.” Catatan-catatan itu menjadi cermin cara pandang Yessin yang selalu melihat keindahan, bahkan dalam hal-hal kecil yang sering diabaikan.
Di sekolah dan lingkungan sekitarnya, Yessin dikenal sebagai gadis yang selalu siap menolong. Ia tidak segan membantu temannya yang kesulitan mengerjakan tugas, atau menemani sahabatnya yang sedang sedih. Namun yang paling manis adalah kebiasaannya memberi kejutan kecil. Pernah suatu kali, seorang temannya murung karena gagal dalam lomba. Esok harinya, Yessin datang membawa secarik kertas berisi gambar bunga sederhana dan tulisan, “Gagal hari ini bukan berarti gagal selamanya. Kamu masih punya banyak hari indah menanti.” Temannya tersenyum lega, dan sejak saat itu menyimpan kertas kecil itu di dalam dompet sebagai pengingat.
Kehidupan Yessin memang tidak selalu mudah. Ada hari-hari ketika ia juga merasa lelah, menangis diam-diam di kamarnya, atau merasakan beratnya beban hidup. Namun yang membuatnya berbeda adalah caranya menghadapi semua itu. Ia tidak pernah membiarkan kesedihannya menghalangi dirinya untuk tetap menebar kebaikan. “Jika aku sedang lemah, mungkin caraku untuk bangkit adalah dengan membuat orang lain tersenyum,” begitu yang selalu ia yakini. Dan benar saja, setiap kali ia berhasil membuat orang lain bahagia, hatinya sendiri pun terasa lebih ringan.
Bagi banyak orang, keindahan Yessin bukan hanya terletak pada wajahnya yang lembut atau senyumnya yang manis. Keindahannya justru terpancar dari hatinya—dari setiap ketulusan, kesederhanaan, dan perhatiannya pada hal-hal kecil. Ia adalah sosok yang mengingatkan bahwa dunia ini masih bisa menjadi tempat yang indah, selama masih ada orang-orang yang dengan tulus menyebarkan kebaikan.
Di malam hari, sebelum tidur, Yessin punya kebiasaan menatap langit dari jendela kamarnya. Ia senang melihat bintang-bintang berkelip, seolah langit sedang tersenyum kepadanya. Dalam diam, ia berdoa singkat, “Semoga aku bisa terus menjadi alasan kecil bagi orang lain untuk bahagia.” Lalu ia menutup mata dengan tenang, membawa ketulusan itu hingga esok pagi kembali datang.
Dan begitulah kehidupan Yessin Damayanti—manis, sederhana, penuh dengan cinta kecil yang tulus. Kehadirannya adalah bukti bahwa seseorang tidak perlu melakukan hal besar untuk menjadi berarti. Kadang, menjadi manis, hangat, dan tulus saja sudah cukup untuk membuat dunia ini terasa lebih indah.
Setiap pagi, Yessin memulai harinya dengan rutinitas sederhana. Ia bangun lebih awal dari kebanyakan orang, membuka jendela kamarnya, dan membiarkan cahaya matahari masuk bersama embusan angin pagi yang segar. Ia menyapa bunga-bunga yang tumbuh di pot kecil di beranda rumahnya—mawar merah muda, melati putih, hingga bunga kertas yang merona cerah. Bagi Yessin, merawat bunga adalah cara untuk belajar tentang kesabaran dan ketulusan. Ia percaya, sebagaimana bunga yang tumbuh perlahan, begitu pula kebaikan dalam hati manusia yang perlu dirawat setiap hari.
Setelah itu, Yessin sering berjalan ke warung kecil di sudut jalan untuk membeli roti hangat. Ia sudah hafal dengan aroma khas roti manis yang baru saja keluar dari oven, dan hampir setiap kali ia datang, penjual roti akan menyapanya dengan senyum lebar. “Pagi, Yessin! Seperti biasa?” begitu kalimat yang selalu terdengar. Ia akan tersenyum manis, mengangguk, lalu menambahkan, “Oh, tambah satu lagi, untuk nenek di ujung jalan, ya.” Kebiasaan kecil itu telah lama ia lakukan, karena ia tahu nenek tua yang tinggal sendirian itu selalu menanti kejutan sederhana dari roti hangat yang dibawanya.
Sifat manis Yessin juga terlihat dari caranya memperlakukan orang lain. Ia selalu mendengarkan cerita, bahkan cerita kecil yang sering kali dianggap tidak penting oleh orang lain. Saat seorang teman mengeluh tentang hari yang melelahkan, Yessin tidak buru-buru memberi nasihat. Ia hanya mendengarkan, mengangguk, sesekali tersenyum, dan berkata lembut, “Aku mengerti. Kamu hebat karena sudah melewati hari ini.” Kata-kata sederhana itu sering kali jauh lebih bermakna daripada seribu motivasi.
Selain itu, Yessin punya kebiasaan menulis di buku catatan kecil yang selalu ia bawa. Buku itu penuh dengan hal-hal manis dan indah yang ia temui sehari-hari. Misalnya, di suatu halaman ia menulis: “Hari ini aku melihat seorang anak kecil berbagi permen dengan temannya. Senyuman mereka manis sekali, seperti sinar matahari kecil yang membuat soreku hangat.” Atau di halaman lain ia menuliskan: “Aku menemukan bunga liar tumbuh di celah tembok tua. Bahkan di tempat yang keras, keindahan masih bisa muncul.” Catatan-catatan itu menjadi cermin cara pandang Yessin yang selalu melihat keindahan, bahkan dalam hal-hal kecil yang sering diabaikan.
Di sekolah dan lingkungan sekitarnya, Yessin dikenal sebagai gadis yang selalu siap menolong. Ia tidak segan membantu temannya yang kesulitan mengerjakan tugas, atau menemani sahabatnya yang sedang sedih. Namun yang paling manis adalah kebiasaannya memberi kejutan kecil. Pernah suatu kali, seorang temannya murung karena gagal dalam lomba. Esok harinya, Yessin datang membawa secarik kertas berisi gambar bunga sederhana dan tulisan, “Gagal hari ini bukan berarti gagal selamanya. Kamu masih punya banyak hari indah menanti.” Temannya tersenyum lega, dan sejak saat itu menyimpan kertas kecil itu di dalam dompet sebagai pengingat.
Kehidupan Yessin memang tidak selalu mudah. Ada hari-hari ketika ia juga merasa lelah, menangis diam-diam di kamarnya, atau merasakan beratnya beban hidup. Namun yang membuatnya berbeda adalah caranya menghadapi semua itu. Ia tidak pernah membiarkan kesedihannya menghalangi dirinya untuk tetap menebar kebaikan. “Jika aku sedang lemah, mungkin caraku untuk bangkit adalah dengan membuat orang lain tersenyum,” begitu yang selalu ia yakini. Dan benar saja, setiap kali ia berhasil membuat orang lain bahagia, hatinya sendiri pun terasa lebih ringan.
Bagi banyak orang, keindahan Yessin bukan hanya terletak pada wajahnya yang lembut atau senyumnya yang manis. Keindahannya justru terpancar dari hatinya—dari setiap ketulusan, kesederhanaan, dan perhatiannya pada hal-hal kecil. Ia adalah sosok yang mengingatkan bahwa dunia ini masih bisa menjadi tempat yang indah, selama masih ada orang-orang yang dengan tulus menyebarkan kebaikan.
Di malam hari, sebelum tidur, Yessin punya kebiasaan menatap langit dari jendela kamarnya. Ia senang melihat bintang-bintang berkelip, seolah langit sedang tersenyum kepadanya. Dalam diam, ia berdoa singkat, “Semoga aku bisa terus menjadi alasan kecil bagi orang lain untuk bahagia.” Lalu ia menutup mata dengan tenang, membawa ketulusan itu hingga esok pagi kembali datang.
Dan begitulah kehidupan Yessin Damayanti—manis, sederhana, penuh dengan cinta kecil yang tulus. Kehadirannya adalah bukti bahwa seseorang tidak perlu melakukan hal besar untuk menjadi berarti. Kadang, menjadi manis, hangat, dan tulus saja sudah cukup untuk membuat dunia ini terasa lebih indah.
NOTE : Silahkan download video dibawah ini, sekarang streaming non-aktif karena kebijakan baru. Hati-hati terlalu berlebihan
[Nekopoi]_Yessin Damayanti: Cerita Lokal